Padabulan september 1914, perkumpulan Pasundan didirikan di Jakarta bertujuan mempertinggi derajat kesopanan, kecerdasan, memperluas, tenaga kerja, dan kehidupan masyarakat. Diantara pemimpinya ialah R. Kosasih Surakusumah, R. Otto Kusuma SutardjoKartohadikusumo 6. Mr. A.A. Maramis 7. R. Otto Iskandar Dinata 8. Drs. Muh. Hatta Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang JalanKapas No. 2 Jakarta pada suatu hari di bulan Desember 1945. Sanusi Hardjadinata tengah berbincang akrab dengan Oto Iskandar di Nata ketika beberapa pemuda mendatangi mereka berdua. Setelah berbincang sebentar, para pemuda yang nampaknya berasal dari satu kelompok laskar tersebut kemudian membawa Oto. Entah kemana. ReadPDF Biografi Pahlawan Sunda Dalam Bahasa Sunda merupakan salah satu contoh biodata atau biografi pahlawan jawa barat dalam bahasa sunda, tentang oto iskandar dinata, yang merupakan salah satu tokoh sunda terkenal yang berasal dari jawa barat. Biodata biografi Arsip | Basa Sunda Baca juga: 10+ Contoh Biografi Bahasa Sunda Pahlawan, Tokoh Iapernah menjadi kepala penghulu di Aceh pada zaman Hindia Belanda dan banyak menulis tentang masalah agama Islam dan tasawuf dalam bentuk guritan (pusisi yang berirama dalam bahasa Sunda). Hasan Mustafa lahir pada 3 Juni 1852 di Cikajang, Garut dan hidup dalam lingkungan menak (bangsawan Sunda), tetapi berorientasi pada pesantren. Vay Nhanh Fast Money. Otto Iskandar di Natta merupakan Pahlawan Nasional yang lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Ayah Otto Iskandar di Nata merupakan keturunan dari bangsawan Sunda bernama Nataatmadja. Otto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara. Otto memperoleh pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School HIS Bandung, kemudian melanjutkan di Kweekschool Onderbouw Sekolah Guru Bagian Pertama Bandung, serta di Hogere Kweekschool Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa Tengah. Setelah menyelesaikan sekolahnya, Otto dewasa sudah menjadi guru HIS di Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada bulan Juli 1920, Otto kemudian pindah ke Bandung dan mengajar di HIS bersubsidi serta perkumpulan Perguruan Rakyat Dalam kegiatan pergarakannya pada masa sebelum kemerdekaan, Otto pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Bandung pada periode 1921-1924, serta sebagai Wakil Ketua Budi Utomo cabang Pekalongan tahun 1924. Ketika itu, ia menjadi anggota Gemeenteraad “Dewan Kota” Pekalongan mewakili Budi Utomo. Oto juga aktif mengikuti kegiatan organisasi budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan. Ia menjadi Sekretaris Pengurus Besar tahun 1928, dan menjadi ketuanya pada periode 1929-1942. Organisasi tersebut bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan. Otto Iskandar di Nata juga menjadi anggota Volksraad “Dewan Rakyat”, semacam DPR yang dibentuk pada masa Hindia Belanda untuk periode 1930-1941. Pada masa penjajahan Jepang, Otto menjadi Pemimpin surat kabar Tjahaja 1942-1945. Ia kemudian menjadi anggota BPUPKI dan PPKI yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai lembaga-lembaga yang membantu persiapan kemerdekaan Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan, Otto menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet yang pertama Republik Indonesia tahun 1945. Ia bertugas mempersiapkan terbentuknya BKR dari laskar-laskar rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya, Otto diperkirakan telah menimbulkan ketidakpuasan pada salah satu laskar tersebut. Ia menjadi korban penculikan sekelompok orang yang bernama Laskar Hitam, hingga kemudian hilang dan diperkirakan terbunuh di daerah Banten Otto Iskandardinata diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Sebuah monumen perjuangan Bandung Utara di Lembang, Bandung bernama “Monumen Pasir Pahlawan” didirikan untuk mengabadikan perjuangannya. Nama Otto Iskandardinata juga diabadikan sebagai nama jalan di beberapa kota di Indonesia. sumber wikipedia Otto Iskandar Dinata Hidep tangtu geus pada nyaho, saha ari bapa Otto Iskandar Dinata teh? Anjeuna teh salasaurang pahlawan nasional anu gede jasana pikeun bangsa jeung nagara Indonesia. Pa Otto meunang jujuluk “Si jalak harupat”, lantaran gede kawanina. Otto Iskandar Dinata teh pituin urang bandung. Anjeuna dibabarkeun di Bandung tanggal 31 Maret 1897. Ti keur budak keneh oge geus katembong bakat jeung kamampuhna anu onjoy batan budak anu lain. Anjeuna boga cita-cita haying jadi guru. Satuntasn sakola di HIS Bandung, pa Otto neruskeun sakola ka HKS Sakola Guru Atas di Purworejo. Ku sabab keyeng jeung suhud dina diajar, ahirna cita-cita laksana. Anjeuna dipindahkeun ka bandung. Ti keur sakola di HKS keneh. Pa Otto geus kataji ku kaom pergerakan. Anjeuna tuluy asup organisasi Budi Utomo. Ti saprak matuh di bandung anjeuna oge jadi anggota paguyuban pasundan. Ti harita pa Otto mimiti dipikawanoh ku masyarakat Indonesia. Dina taun 1929, pa Otto kapilih jadi pangurus besar paguyuban pasundan. Dina jaman kapangurusan anjeuna, eta organisasi teh maju pisan, babakuna dina widang pulitik,ekonomi, pasuratkabaran, jeung atika nyusun UUD 1945 jeung pancasila, tuluy dina cabinet munggarang anjeuna dijungjung lungguh jadi Menteri Negara. Dina jaman kamerdekaan, pa Otto kaasup anggota PPKI anu ngabogaan pancen ngaronjatkeun kahirupan rahayatna. Hanjakal dina bulan Oktober 1945, pa Otto aya nu nyulik sarta dipergasa tepi ka tilar dunya. Anjeuna wafat di Banten kaping 20 Desember 1945, dipindahkeun ka bandung taun 1947. Oto Iskandardinata atau Oto Iskandar Di Nata, lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Otto adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Nataatmadja. Setelah menunaikan ibadah haji, nama ayahnya berganti menjadi Raden Haji Adam Rahmat. Ibunya bernama Siti menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch Inlandsche School HIS Bandung, kemudian melanjutkan di Kweekschool Onderbouw Sekolah Guru Bagian Pertama Bandung, serta di Hogere Kweekschool Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa Tengah. JAKARTA – Meskipun populer dan nyaring didengar, tapi jarang dikenal. Demikianlah gambaran dari sosok pahlawan nasional asal Muhammadiyah, Otto Iskandardinata. Wajahnya tercetak pada lembar mata uang Rupiah pecahan 20 ribu, emisi tahun 2004 hingga 2021. Sedangkan namanya dipakai sebagai salah satu ruas jalan paling ramai dan terkenal di Jakarta dan Bandung, yaitu jalan Otista Otto Iskandardinata. Tapi siapa yang kenal perjuangannya untuk bangsa Indonesia? Jejak Otto tertinggal dalam sejarah perjalanan kemerdekaan, berdirinya PSSI Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, hingga berdirinya TNI Tentara Nasional Indonesia. Ayam Jantan dari Bumi Pasundan Raden Otto Iskandardinata lahir pada 31 Maret 1897 di Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Ayahnya, Haji Rachmat Adam adalah keturunan bangsawan Sunda bernama Nataatmadja. Privilege dari keluarga bangsawan menjadikannya menempuh pendidikan terbaik. Setelah tamat pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School HIS Bandung, Otto melanjutkan ke Kweekschool Onderbouw Sekolah Guru Bagian Pertama Bandung. Setelah itu, dirinya pindah ke Pekalongan untuk menempuh pendidikan di Hogere Kweekschool Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa Tengah dan sempat mengajar di HIS Banjarnegara. Perjuangan lewat pendidikan dilakukan Otto karena dia beranggapan bahwa bangsa Indonesia akan merdeka dari penjajahan jika mereka berhasil diubah menjadi bangsa yang berilmu, demikian pendapat Edi Kandhani dalam Sejarah 20 Desember Wafatnya Si Jalak Harupat’ Otto Iskandar Dinata. Usai menempuh pendidikan, Otto kembali ke Bandung pada Juli 1920. Di sana dia menjadi guru di HIS dan Perguruan Rakyat. Di Bandung, Otto menjabat sebagai Wakil Ketua Budi Utomo BU cabang Bandung pada periode 1921-1924. Pergerakannya dengan Budi Utomo membuatnya kembali ke Pekalongan dan menjadi Wakil Ketua BU Cabang Pekalongan di tahun 1924 sekaligus menjadi anggota dewan rakyat, Gemeenteraad semacam DPRD. Semenjak kecil, Otto memiliki nyali yang tinggi dan tidak suka berbasa-basi. Sejak menjadi siswa, Otto juga sering menunjukkan kritik terang-terangan terhadap diskriminasi antara anak pribumi dan anak Belanda dalam pendidikan. Hal inilah yang menjadikan dirinya dijuluki sebagai Si Jalak Harupat’, demikian ungkap Nina H. Lubis dalam Si Jalak Harupat, Biografi Otto Iskandardinata 2003. Di Pekalongan nampaknya julukan Si Jalak Harupat’ semakin melekat. Jalak Harupat adalah sebutan untuk jenis ayam jantan dalam bahasa Sunda yang dimitoskan sebagai ayam yang kuat, pemberani, nyaring saat berkokok, selalu menang saat diadu. Selama di Gemeenteraad, Otto yang bernyali tinggi dan tidak suka basa-basi kerap mengkritik pengusaha perkebunan Belanda yang sering bertindak kasar terhadap para pribumi. Tidak hanya rajin bersuara, Otto juga mendirikan Sekolah Kartini untuk mendidik para remaja puteri di Pekalongan. Sikap ini membuat Otto berselisih dengan Residen Pekalongan dan dianggap membahayakan oleh pemerintah kolonial akibat banyaknya masyarakat Pekalongan yang simpatik. Itulah alasan mengapa Otto kemudian dipindahkan ke Batavia. Mengajar di Muhammadiyah, Menapak Jejak di Persija dan PSSI Setibanya di Batavia menjelang tahun 1928, dirinya berusia 30 tahun. Otto bergabung dengan Muhammadiyah dan menjadi guru SMA Algemene Middelbare School AMS Muhammadiyah di Jalan Kramat Raya 49. Di tempat inilah, dirinya menjadi Kepala Sekolah dan mengajak kader Muhammadiyah lain yang juga pahlawan nasional, Ir. Djuanda Kartawidjaja mengabdi menjadi guru pada tahun 1933. Otto juga-lah yang nanti memberi rekomendasi Djuanda untuk menjadi direktur atau kepala sekolah tersebut. Demikian ungkap Arya Ajisaka dalam Mengenal Pahlawan Indonesia 2008. Selama di Jakarta, Otto juga menjadi tokoh kunci Paguyuban Pasundan. Sebagai sosok pecinta sepakbola, Otto menggunakan olahraga ini sebagai salah satu alat perjuangan kemerdekaan. Maka tak heran ketika saat itu masih dalam semangat Sumpah Pemuda 1928, Otto mengizinkan gedung tempatnya mengajar dijadikan tempat rapat pendirian VIJ Voetbalbond Indonesia Jacatra atau cikal bakal Persatuan Sepakbola Jakarta Persija. Rapat tertanggal 20 Oktober 1929 yang dihadiri Mohammad Hoesni Thamrin, dan pendiri VIJ, Soeri adalah wujud Muhammadiyah membantu perjuangan Bangsa Indonesia melawan penjajah lewat sepak bola. Demikian sebut Ario Yosia dalam Feature Persija Muhammadiyah. Di Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia PSSI, Otto tidak masuk dalam jajaran pengurus, melainkan bergerak mandiri dengan mengelola Majalah Olahraga yang aktif memberitakan kegiatan PSSI sejak 1930 dengan bumbu nasionalisme. Anggota BPUPK dan Pengusul Nama Soekarno Sebagai Presiden RI Selama mengajar di Muhammadiyah, Otto ditarik menjadi anggota Volksraad semacam DPR pada 1935. Di masa penjajahan Jepang, Otto menjadi pemimpin surat kabar Tjahaja yang didirikan sebagai reaksi atas pembredelan surat kabar Sipatahunan 1942. Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, Otto menjabat dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI. Dalam kapasitasnya sebagai anggota panitia itu, dia turut serta menyusun Undang-Undang Dasar 1945. Selama menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan BPUPK, Otto merupakan sosok pertama yang mengusulkan Soekarno sebagai presiden dan kemudian diterimas secara aklamasi oleh anggota BPUPK lainnya yang mayoritas muslim dan santri, demikian tulis Abdul Munir Mulkhan dalam Marhaenis Muhammadiyah 2010. Syahid Dibunuh, Akhir Hidup Si Jalak Harupat Setelah Indonesia merdeka, Otto menjabat sebagai Menteri Negara dalam Kabinet Presidensil pertama yang bertugas mempersiapkan terbentuknya BKR dari laskar-laskar rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia. Badan Keamanan Rakyat BKR merupakan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia TNI. Secara garis besar, saat itu laskar-laskar mayoritas terbelah menjadi dua poros, yakni para pasukan bekas didikan Jepang, Heiho Pembela Tanah Air dan pasukan desersi dari militer Belanda KNIL. Ketegasannya dalam gagasan penyatuan dua kubu berbeda ini di dalam BKR ditengarai menjadi api pemantik dibunuhnya Otto Iskandardinata. Akibat fitnah yang diterimanya sebagai anggota mata-mata Belanda, sekumpulan prajurit berpakaian hitam-hitam Laskar Hitam menculiknya pada hari Rabu jam 5 sore tanggal 19 Desember 1945. Pasukan yang datang menggunakan truk dari Tangerang itu membawa Otto ke pantai Desa Ketapang, sekira 2 Km dari dari Mauk. Bersama tawanan lain bernama Hasbi, Otto disiksa dengan tangan terikat lalu dibunuh dan mayat mereka dibuang ke laut. Mayatnya pun tak pernah ditemukan, demikian ungkap harian Pikiran Rakjat tertanggal 20 Desember 1952. Pembunuhan Otto sulit dicegah, apalagi saat itu Indonesia dalam keadaan genting. Di waktu yang sama, sore hari 19 Desember 1945, terjadi pertempuran Karawang-Bekasi dan peperangan di beberapa daerah lainnya. Kematian, penculikan dan pembunuhan para tokoh pemimpin pemerintahan di Jawa Barat juga sering terjadi di masa itu 1945, demikian catat kantor berita Antara tanggal 22 Desember 1952. Pemerintah Indonesia, akhirnya menetapkan tanggal 20 Desember 1945 sebagai tanggal kematian Si Jalak Harupat. Meski jenazahnya tidak pernah ditemukan, pemakaman kembali secara simbolik dilakukan di Taman Bahagia, Lembang pada 21 Desember 1952. Pasir dan air laut pantai Mauk dimasukkan dalam peti sebagai simbol jenazah Otto Iskandardinata. Pemakaman sendiri disaksikan oleh sahabatnya, Djuanda yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perhubungan. Otto Iskandardinata diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Selain sebuah “Monumen Pasir Pahlawan” di Lembang didirikan untuk mengenang dirinya, kegagahan namanya menjelma menjadi nama sebuah stadion olahraga di desa Kopo dan Cibodas, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung, yaitu Stadion Si Jalak Harupat. Hits 377 Indonesia Biografi Lahir dari keturunan bangsawan yang di turunkan dari ayahnya,Raden Otto Iskandardinata atau biasa di sebut Oto merupakan anak ke 3 dari 9 bersaudara, gemar bermain Bola serta menari Sunda juga pandai menabuh gamelan. Menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School HIS Bandung dan melanjutkan pendidikan di Kweek-school Onder-bouw Sekolah Guru Bagian Pertama yang merupakan sekolah berasrama di Bandung. Dari sinilah terlihat sifat dan kepintaran yg menonjol dari berontak, tetapi selalu menunjukkan lulus, Oto melanjutkan di Hogere Kweekschool Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa matang pula pribadi Oto, dengan memiliki rasa keingin tahuan tentang bacaan koran De Expres yang isinya kebanyakan tentang kecaman kecaman terhadap Belanda,munculah sikap berontak Oto untuk memperjuangkan hak Bangsanya sendiri. Setelah lulus dari sekolah guru, Oto mendedikasikan diri sebagai Guru,yang mana memang menjadi cita cita Oto sejak kecil,dengan begitu,Oto bisa mewujudkan Bangsanya menjadi Bangsa yang berilmu dan bisa melestarikan tanah airnya dengan baik. Pernah masuk dalam daftar hitam dan membuat khawatir pemerintah Hindia Belanda, salah satunya dikarenakan nyali Oto dalam membongkar kasus bendungan kemuning yang bisa menyelamatkan Rakyat Indonesia dari penipuan yang di lakukan pengusaha Belanda. Tak bisa di pungkiri,Oto lah orang yang pertama mempopulerkan kata Indonesia Merdeka dan kemudian disingkat menjadi Merdeka karena kegigihan Oto dalam memperjuangkan Hak rakyatnya. Menikah dengan gadis bernama Soekirah putri Asisten Wedana di Banjarnegara yang 10 tahun lebih muda darinya dan dikaruniai 12 Orang anak. Pada tanggal 20 Desember 1945 adalah hari di tetapkannya sebagai hari wafatnya Oto akibat dari korban "Laskar Hitam" di Pantai Mauk, Tangerang, dan tidak pernah ditemukan jenazahnya. setelah kematiannya, Oto ditetapkan pemerintah sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. Riset dan analisa oleh Eko Setiawan Pendidikan Hollandsch-Inlandsche School HIS Bandung Kweekschool Onderbouw Sekolah Guru Bagian Pertama Bandung Hogere Kweekschool Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa Tengah Karir Ketua Organisasi Paguyuban Pasundan Anggota Volksraad DPR pada masa Hindia Belanda Ketua Umum Persib Bandung Menteri Negara Kabinet Presidensial 19 Agustus 1945 – 14 November 1945 Penghargaan Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973 Sunda Biografi Lahir ti turunan menak anu diturunkeun ti ramana, RadĂ©n Otto Iskandardinata atawa biasa disebut Oto nyaĂ©ta anak ka-3 ti 9 duduluran, resep maĂ©n bal jeung nari Sunda ogĂ© pinter maĂ©n gamelan. Anjeunna sakola di Hollandsch-Inlandsche School HIS Bandung sarta nuluykeun atikanana di Kweek-school Onder-bouw Sekolah Guru Bagian Kahiji anu mangrupa pasantren di Bandung. Di dieu kaciri karakter jeung kacerdasan Oto, resep barontak, tapi sok nembongkeun prestasina. Saparantos lulus, Oto neraskeun ka Hogere Kweekschool Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa Tengah. Maca koran De Express nu lolobana mah. ngeunaan kritik jeung kritik ka Walanda, sikep barontak Oto muncul pikeun memperjuangkeun hak-hak bangsana sorangan. Saparantos lulus ti sakola guru, Oto ngabaktikeun dirina minangka guru anu geus jadi cita-cita Oto ti leuleutik, ku cara kitu, Oto bisa ngajadikeun bangsana jadi bangsa anu berilmu sarta bisa ngalestarikeun tanah airna kalawan hade. ManĂ©hna di-blacklist jeung hariwang pamarĂ©ntah Hindia Walanda, salah sahijina alatan nyali Oto ngabongkar kasus bendungan konĂ©ng anu bisa nyalametkeun bangsa IndonĂ©sia tina panipuan pangusaha bisa dipungkir, Oto nu mimiti ngapopulĂ©rkeun kecap IndonĂ©sia MerdĂ©ka tuluy disingget jadi MerdĂ©ka lantaran ku Oto kegigihan merjuangkeun hak-hak rahayatna. Nikah ka budak awĂ©wĂ© anu ngaranna Soekirah putri Asisten Wedana di Banjarnegara anu umurna 10 taun leuwih ngora ti manĂ©hna sarta boga 12 anak. Tanggal 20 DĂ©sĂ©mber 1945 nyaĂ©ta poĂ© Oto maot salaku korban "Pahlawan Hideung" di Basisir Mauk, Tangerang, sarta awakna teu kungsi kapanggih. Saparantos pupus, Oto ditunjuk ku pamarĂ©ntah minangka Pahlawan Nasional dumasar kana SK PrĂ©sidĂ©n RI No. 088/TK/Taun 1973, 6 NopĂ©mber 1973. Panalungtikan jeung analisis Eko Setiawan. Atikan Hollandsch-Inlandsche School HIS Bandung Kweekschool Onderbouw Sakola Guru Kadua Bandung Hogere Kweekschool Guru SMA di Purworejo, Jawa Tengah Karir Pupuhu Paguyuban Paguyuban Pasundan Anggota Volksraad DPR jaman Hindia Walanda Pupuhu Persib Bandung Menteri Nagara KabinĂ©t PrĂ©sidĂ©n 19 Agustus 1945 - 14 NopĂ©mber 1945 pangajĂ©n Pahlawan Nasional dumasar kana SK PrĂ©sidĂ©n RI No. 088/TK/Taun 1973, 6 NopĂ©mber 1973

biografi otto iskandar dinata dalam bahasa sunda