VIDEOPEMBELAJARAN BAHASA JAWA CERITA WAYANG BIMA BUNGKUS PPG DALJAB UNNES 2018 Watch Now. CERITA WAYANG BIMA BUNGKUS SMA N 4 PURWOKERTO (13) Watch Now. Wayang wong "bima bungkus" Siswa kelas X MIPA 5 SMA Negeri 1 Gemolong sragen. Watch Now. Wayang Orang - PANDAWA KURAWA LAHIR Bersama Sekar Budaya Nusantara
Ceritawayang bima bungkus dalam bahasa jawa ngoko. Bratasena pada waktu lahir dalam keadaan bungkus
Filosofidari Tokoh Wayang Bima. Dari cerita tokoh Bima ini mengajarkan kita tentang: a. Mempunyai watak ksatria, berani menegakkan keadilan, berbudi pekerti lulur, jujur, suka menolong dan juga bijaksana. b. Harus berbakti kepada orang tua, saudara, maupun dengan guru kita. c. Mencintai saudara, keluarga dan sesama.
CritaWayang Bima Bungkus Bahasa Jawa Kelas 4 Kelas 10 - Bahasa Jawa - Pangerten Jenis lan Struktur Teks Cerita Wayang |Video Pendidikan Indonesia Video Pembelajaran Bahasa Jawa (5) Cerita Wayang Ramayana
Critasingkat intisari bima bungkus bahasa jawa - на ВсеЗнания bima putrane dewi kunti lan prabu pandu lair awujud bungkus kang ora bisa di suwek.Bima de tinggal ana ing ngalas mandalasara.Wolung taun bima glundhang glundhung ana ing ngalas,wit witan pada mati,telaga pd kering,kewan kewan pada mlayu2,jin jin pada keganggu lan
Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. ArticlePDF AvailableAbstractABSTRAKTujuan penelitian ini untuk mengungkap wulang dalam cerita Bima Bungkus dan mendeskripsikan nilai karakteristik pada tokoh Bima sebagai cermin jati diri orang Jawa. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan simbolik. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka dan wawancara. Sumber data penelitian adalah cerita Bima Bungkus dari narasumber. Berdasarkan hasil penelitian dapat disampaikan bahwa cerita Bima Bungkus memberikan pelajaran terhadap masyarakat tentang kematangan manusia melalui proses hidup Bima dengan wacana simbolik. Cerita Bima Bungkus menyuguhkan karakter Bima dewasa yang tegas, pendiam, sentosa jiwa raga yang sekaligus menjelaskan kisah-kisah Bima dewasa berikutnya yang penuh dengan wacana-wacana heroik dan kunci bima bungkus, simbolik, wulang Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. KAJIAN SIMBOLIK CERITA WAYANG BIMA BUNGKUS ATAS KEPRIBADIAN ORANG JAWA* The Symbolic Study of the Bima Bungkus Puppet Story on the Javanese Personality Aris Aryanto1, Rochimansyah2, dan Yuli Widiyono3 123Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo Jalan KHA. Dahlan Nomor 6, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia Telepon +6285725207789 Pos-el aryantoaris * Diterima 14 Oktober 2021, Disetujui 4 November 2021 ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengungkap wulang dalam cerita Bima Bungkus dan mendeskripsikan nilai karakteristik pada tokoh Bima sebagai cermin jati diri orang Jawa. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan simbolik. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka dan wawancara. Sumber data penelitian adalah cerita Bima Bungkus dari narasumber. Berdasarkan hasil penelitian dapat disampaikan bahwa cerita Bima Bungkus memberikan pelajaran terhadap masyarakat tentang kematangan manusia melalui proses hidup Bima dengan wacana simbolik. Cerita Bima Bungkus menyuguhkan karakter Bima dewasa yang tegas, pendiam, sentosa jiwa raga yang sekaligus menjelaskan kisah-kisah Bima dewasa berikutnya yang penuh dengan wacana-wacana heroik dan mistik. Kata kunci bima bungkus, simbolik, wulang ABSTRACT The goal of this study is to disclose the wulang in the story of Bima Bungkus and to describe the Bima character's characteristic values as a mirror of Javanese identity. This study was carried out using descriptive qualitative research with a symbolic approach. Techniques for gathering data included using a library study and conducting interviews. The account of Bima Bungkus was from the interview with a responden serving as the basis for the research data. The findings show that the story of Bima Bungkus theaches the community about human maturity through the process of Bima's life through symbolic speech. The story of Bima Bungkus depicts the character of an adult Bima who is firm, tranquil, and peaceful in body and soul, while also explaining the following stories of the adult Bima, filled with heroic and mystical discourses. Keywords bima bungkus, symbolic, wulang , Chinese Malay LiteratPENDAHULUAN Cerita wayang semakin tidak populer didengar anak-anak menjelang beranjak tidur. Fenomena ini tentu saja karena semakin banyaknya pahlawan super hero asing yang bermunculan di layar televisi. Ke depan, akan menjadi 194 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 2, November 2021 tidak heran jika orang-orang tidak akan memahami pertunjukan wayang secara menyeluruh karena keterputusan informasi cerita pada masing-masing tokohnya. Wayang merupakan kesenian asli Jawa. Budaya wayang dalam kenyataannya telah lekat dan akrab karena menjadi bagian hidup masyarakat Jawa Nurgiyantoro, 2011 19. Seni wayang kulit bersumber dari kebudayaan Jawa Sulaksono & Saddhono, 2018 28. Bagaimana tidak, wayang menjadi pedoman hidup bagi sebagian masyarakat Jawa. Kisah-kisah mitologi dalam dunia pewayangan telah mengakar sedemikian rupa dalam kehidupan masyarakat Jawa sebagai acuan hidup Aizid, 2012 7. Terlepas dari citra politik Internasional bahwa wayang telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO, cerita wayang Jawa adalah seperangkat nilai yang dibatinkan oleh masyarakat Jawa untuk memenuhi kekosongan-kekosongan hidup secara mental dan spiritual. Dengan alasan inilah wayang menyandang gelarnya sebagai hasil kebudayaan yang adi luhung. Pertunjukan kesenian wayang bagi masyarakat penghayatnya masih aktual hingga saat ini. Kisah-kisah tokohnyapun masih sering dipakai sebagai acuan pandangan hidup. Hal ini sejalan dengan Sutardjo 2006 11 yang menyatakan bahwa pertunjukan wayang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam membentuk sikap yang baik, berbudaya, beretika, dan bermoral untuk masyarakat saat ini. Wayang kulit padat dengan nilai filosofis, pedagogis, historis, dan simbolis Anggoro, 2018 124. Wayang juga memuat nilai keluhuran yang memberi suri teladan Purnomo, 2018 2. Di dalam wayang juga terdapat ragam bahasa pedalangan yang endah dan adiluhung indah dan bernilai ajaran tinggi Subroto, 2013 143, sehingga wayang memberikan pengajaran bahasa dan sastra melalui bahasa pedalangan. Maka penelitian terhadap cerita-cerita pewayangan masih relevan untuk dilakukan, salah satunya mengungkap nilai-nilai yang terkait dengan kepribadian orang Jawa yang tercitrakan dalam setiap cerita wayang. Penelitian ini menyoroti perihal simbolisme dalam cerita yang diungkapkan dengan model pralambang dan pralampita. Pralambang secara sederhana dapat dipahami sebagai lambang, sedangkan pralampita dapat dimengerti sebagai tanda. Penelitian ini tidak berorientasi pada model lakon yang ketat akan unsur dramaturgi. Dengan demikian, objek penelitian ini termasuk dalam kategori karya sastra dibanding sebagai karya seni pertunjukan. Cerita Bima Bungkus sebagai karya sastra mampu mempengaruhi pandangan hidup orang Jawa. Tidak mengherankan jika ada seorang bayi lahir terbungkus plaesenta maka wacana yang muncul di masyarakat adalah si bayi kelak akan setangguh Bima. Wacana tersebut muncul dari referensi simbolik kisah Bima Bungkus atau cerita Kelahiran Bima. Suharianto 1983 14 menyatakan bahwa sastra yang hadir di tengah-tengah masyarakat tidak Kajian Simbolik Cerita Wayang… Aryanto, Rochimansyah, dan Widiyono 195 disebabkan hanya dari sastrawan untuk menyampaikan ide-ide atau gagasannya, melainkan dipengaruhi oleh kehendak untuk mengabadikan perasaan-perasaan yang menghinggapi batinnya sebagai akibat dari persentuhannya dengan alam sekitar. Pendapat ini menjelaskan terjadinya perubahan di sana-sini atas cerita wayang dari India yang mengalami Jawanisasi. Perubahan-perubahan tersebut tentu saja telah disesuaikan dengan perubahan semangat zaman. Cerita Bima Bungkus merupakan bentuk kreativitas simbolik untuk menunjukkan karakter atau kepribadian orang Jawa yang meminjam citra Bima Sena. Karya sastra, tidak semata-mata bersifat penghidangan atau peniruan, melainkan juga merupakan tanggapan terhadap lingkungan, jaman, dan sastra sebelumnya Hardjana, 1981 11. Dengan kemunculan ide-ide baru dalam karya sastra justru dapat menjamin keberlangsungan jagad sastra, seperti kemunculan dua novel berjudul Amba dan Pulang sebagai wujud transformasi dari cerita wayang Nurgiyantoro, 2016 202. Cerita Bima Bungkus mengandung ajaran-ajaran filosofi yang sudah dipercaya sebagai kebenaran simbolik. Maka pendekatan yang akan digunakan dalam mengkaji objek penelitian ini adalah pendekatan simbolik atau semiotika konvensional yang disesuaikan dengan cara pandang orang Jawa. Dengan menggunakan pendekatan simbolik, penelitian ini akan mengungkap dan mendeskripsikan cita-cita atau harapan tersembunyi yang ingin diraih oleh manusia Jawa melalui citra-citra tokoh dalam kisah pewayangan. Akhir-akhir ini tidak sedikit penulis dan pemikir melemparkan wacana bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang kehilangan kepribadian, atau gagap mengenali diri sendiri. Mulder dalam Endraswara 2010 137 menyebut bahwa kondisi saat ini bisa disebut sebagai malaise kebudayaan karena masyarakat mengalami kondisi yang tak enak atau gundah terhadap budayanya. Hal ini dipertegas Lasminah 2015 mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang dekat dengan masa lalu, namun karena suatu hal yang sistematis seperti penjajahan, masa lalu menjauh dan bahkan tak dikenali lagi. Wacana tersebut menjadi masuk akal jika dilihat kenyataan betapa sulitnya bangsa ini menuju transformasi kebudayaan. Kesulitan-kesulitan tersebut muncul karena sebagian orang tidak tahu titik awal sebagai posisi beranjak. Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk menggali seperti apakah kepribadian orang Jawa yang dicitrakan dalam cerita Bima Bungkus. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap wulang atau ajaran yang terdapat dalam cerita Bima Bungkus dan mendeskripsikan nilai pendidikan karakter pada tokoh Bima. Dengan kata lain, penelitian ini hendak mengungkapkan makna tersembunyi yang masih terbungkus simbol-simbol kultural agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat masa kini. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah proses 196 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 2, November 2021 simbolik cerita kelahiran Bima dalam cerita Bima Bungkus. Cerita heroik seperti Bima Bungkus ini juga dipenuhi muatan nilai-nilai moral. Setiap karya sastra bernilai dalam rangka pemaknaan pada pengalaman pribadi perorangan untuk membangun moralitasnya Widayat, 2011 21. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan simbolik. Pendekatan simbolik merupakan suatu pendekatan terhadap karya sastra dari sudut pandang pembaca untuk memahami maksud pengarang mengenai karya yang diciptakannya. Pembaca di sini adalah peneliti, dengan “membaca†secara obyektif. Dalam penelitian sastra, pendekatan simbolik diperlukan untuk melihat dialektika antara masa lalu dengan masa kini sekaligus memperhatikan persoalan antara bagian dengan keseluruhan. Sumber data penelitian ini adalah cerita Bima Bungkus. Sumber data diperoleh dari Narasumber. Data penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data skunder. Data primer dari penelitian ini adalah cerita Bima Bungkus dari penuturan Narasumber, seorang dalang wayang kulit purwa Ki H. Purwacarita asal kota Klaten. Data skunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, majalah-majalah, artikel-artikel dan referensi-referensi lain yang relevan dengan data penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Bratasena dalam Cerita Bima Bungkus Bima atau dikenal dengan nama lain seperti Bratasena, Werkodara, Kusumadilaga adalah tokoh pewayangan Jawa yang diadopsi dari tokoh Mahabharata India. Kepopuleran Bima dalam masyarakat Jawa menyisakan kesan-kesan tersendiri bagi penghayatnya. Kekaguman masyarakat Jawa terhadap tokoh Bima mencakup dua sisi sekaligus, yakni kekaguman terhadap sisi lahir dan batin. Pertunjukan seni wayang kulit dengan lakon Bima Bungkus atau kelahiran Bima ini acap kali dipakai untuk menandai kelahiran anak-anak. Siapakah Bima dalam pewayangan Jawa ini? Ki H. Purwacarita, seorang dalang yang sekaligus narasumber penelitian ini memberikan keterangan mengenai tokoh Bima tersebut dalam versi pewayangan Jawa. Bima adalah anak kedua dari lima bersaudara yang disebut sebagai Pandawa Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa. Kelima ksatria Pandawa tersebut adalah putra raja Astina Prabu Pandu dengan Dewi Kunti 3 orang dan Dewi Madrim 2 orang. Secara ruhani, Bima adalah putra Dewa Bayu, yakni dewa yang menguasai segala macam angin. Cerita Bima Bungkus mengisahkan kelahiran seorang kesatria perkasa yang dipenuhi oleh kisah-kisah di atas logika. Kisah ini berasal dari bagian dalam kerajaan negara Astina yang termashur. Di kerajaan Astina dua kubu hidup berdampingan. Kedua kubu tersebut adalah gologan Pandawa dan Korawa. Golongan Pandawa adalah keturunan Kajian Simbolik Cerita Wayang… Aryanto, Rochimansyah, dan Widiyono 197 Raja Pandu, sedangkan golongan Korawa adalah keturunan Adipati Drestarastra. Sejak semula, kisah pertikaian antara Pandawa dan Korawa yang adalah saudara sepupu tersebut adalah perebutan tahta kekuasaan. Berbeda dari versi India dan versi Jawa Kuna Adiparwa yang menceritakan bahwa Bima lahir bersamaan dengan kelahiran Duryudana sebagai sulung Korawa, cerita kelahiran Bima dalam Bima Bungkus justru ketika Puntadewa, Arjuna, Duryudana dan anggota Korawa lain sudah lahir. Versi ini disepakati oleh semua dalang wayang kulit purwa. Bima terlahir dalam bentuk bungkus. Ketika lahir, segala upaya untuk membedah bungkus tersebut gagal total. Segala macam senjata tajam tidak mempan terhadap bungkus tersebut. Kondisi ini tentu saja membuat sedih Prabu Pandu dan Dewi Kunti. Setelah mengadakan sidang luar biasa di istana Astinapura, Pandu memutuskan untuk mengasingkan bungkus tersebut ke dalam hutan Kamyaka. Ada yang menceritakan bahwa usia bungkus tersebut sampai 12 tahun, 14 tahun, dan 16 tahun. Bungkus tersebut lahir dari Kunti setelah kelahiran Puntadewa keluarga tertua Pandawa, baru kemudian disusul kelahiran Arjuna atau Permadi. Pandu memerintahkan Harya Suman Sengkuni dan para Korawa untuk menjaga bungkus tersebut. Ketika Sengkuni melihat keadaan bungkus yang luar biasa, muncul niat jahat Sengkuni yang kemudian memerintahkan Korawa untuk menghancurkan bungkus tersebut. usaha Korawa yang ingin menghancurkan bungkus Bima berakhir dengan kegagalan karena kesaktian bungkus yang telah menyerap energi alam selama bertahun-tahun. Diceritakan oleh Ki Dalang, meskipun berwujud bungkus bayi itu memiliki kepekaan sama seperti manusia. Setiap hari bungkus ini menggelinding kesana kemari seolah-olah ingin mengukur luasnya hutan. Di Kahyangan, berlangsung pertemuan para Dewa yang dipimpin oleh Batara Guru. Sidang kala itu membicarakan keberadaan seekor gajah bernama Sena yang sedang bertapa meminta sorga dan membicarakan keberadaan bungkus putra Pandu yang berada di hutan serta membicarakan keberadaan Prabu Sentani dari Negeri Sindhu yang bertapa memohon keturunan sebagai pewaris tahta. Batara Guru segera mengutus Batara Narada dan Batara Bayu untuk mengakhiri bertapanya Gajah Sena, Bungkus, dan Prabu Sempani. Kedua Dewata yang ditunjuk segera undur diri untuk melaksanakan perintah Sang Raja Dewa. Batara Narada menemui Gajah Sena di pertapaannya. Narada memberikan petuah pada Sang Gajah mengenai upaya yang harus dilakukan agar keinginannya mencapi sorga terlaksana. Caranya, Gajah Sena harus menghancurkan perwujudan bungkus yang berada di dalam hutan Kamyaka. Setelah mendapat petunjuk tersebut Gajah Sena pergi menuju ke hutan 198 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 2, November 2021 Kamyaka untuk menghancurkan bungkus tersebut. Batara Bayu menuju ke hutan Kamyaka dan kemudian secara gaib merasuki bungkus tersebut. Bungkus tersebut berisi seorang remaja gagah perkasa yang masih telanjang bulat. Batara Bayu segera memberi pakaian lengkap kepada remaja dalam bungkus tersebut sesuai dengan ciri-ciri pakaian sang dewa sendiri. Oleh karena hal ini, kelak Bima dikenal sebagai putra Bayu. Dikisahkan perjalanan Gajah Sena telah sampai ke hutan Kamyaka. Dengan tidak sabar Gajah Sena mencari perwujudan bungkus mengelilingi luasnya hutan Kamyaka. Melihat Gajah sebesar gunung tersebut Sengkuni dan para Korawa lari tunggang langgang melaporkan kejadian ini kepada Arya Widura. Bungkus tinggal sebatang kara di dalam hutan yang penuh mara bahaya. Pencarian Gajah Sena terbayar. Dia melihat perwujudan bungkus yang mengeluarkan kekuatan angin dari dalam dirinya. Dengan kecepatan penuh, Gajah Sena berlari menerjang bungkus tersebut dengan kekuatan gadingnya. Berkali-kali diinjak-injak bungkus tersebut dan beberapa kali dihujamkan gadingnya yang kuat dan tajam kepada bungkus tersebut hingga bungkus tersebut retak. Melihat keretakan besar pada bungkus, Gajah Sena semakin bernafsu untuk menghancurkan bungkus. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya yang dipusatkan pada gadingnya, Gajah Sena menerjang bungkus tersebut hingga bungkus tersebut pecah, hancur berkeping-keping. Dari dalam bungkus tersebut keluarlah sosok pemuda yang gagah perkasa lengkap dengan pakaian yang serba indah. Karena merasa terancam oleh amukan Gajah Sena, pemuda gagah perkasa tersebut membalas perlakuan Sang Gajah. Gajah dikejarnya hingga terjadi perkelahian hebat yang menghancurkan isi hutan. Dengan sekuat tenaga, dipukulnya kepala Sang Gajah, dipatahkan kedua gadingnya, yang kemudian menjelma menjadi kedua kuku jari sang pemuda. Merasa kehilangan gading andalannya, amukan Gajah Sena semakin menjadi. Pertarungan keduanya semakin sengit dan mencekam. Dalam situasi mencekam seperti itu, Dewa Narada segera turun mendekat untuk mengambil bungkus yang telah hancur tersebut. Dibawanya kulit bungkus tersebut, Batara Narada terbang dengan kecepatan kilat menuju ke tempat pertapaan Prabu Sempani. Sesampainya di pertapaan Sempani, Narada memberikan kulit bungkus tersebut kepada raja Sempani sebagai sarana agar istrinya, yakni dewi Drata bisa mengandung. Kulit bungkus tersebut harus direndam terlebih dahulu menggunakan rajanya air yang maksudnya adalah air hujan yang turun pertama kali saat datangnya musim penghujan. Kelak anak yang lahir ini diberi nama Tirta Nata yang berarti Rajanya Air atau Jaya Drata yang berarti Kemenangan Dewi Drata karena berhasil memiliki putra. Rombongan punggawa Astina setelah mendapat laporan dari Kajian Simbolik Cerita Wayang… Aryanto, Rochimansyah, dan Widiyono 199 Sengkuni dan para Korawa mengenai keberadaan gajah raksasa, segera menuju ke hutan Kamyaka beserta Prabu Pandu dan Dewi Kunti. Mereka yang datang menyaksikan pertarungan dua makhluk sakti tersebut tercengang keheranan karena melihat ada manusia yang mampu mengimbangi keperkasaan gajah raksasa. Lama kelamaan, pihak yang menang mulai terlihat. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, pemuda perkasa menghantam kepala Gajah Sena hingga si gajah roboh karena kepalanya pecah. Hanya dalam kedipan mata, bangkai si gajah telah hilang dari pandangan. Si pemuda perkasa merasa kebingungan karena kehilangan musuh. Tiba-tiba muncul Batara Bayu menenangkan si pemuda. Rombongan Astinapun mendekat. Batara Bayu memberi keterangan kepada si pemuda tentang identitas dirinya. Ada versi lain menyebut bahwa Naradalah yang memberi tahu identitas si pemuda. Tapi lebih masuk akal Batara Bayulah yang melakukannya. Setelah memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan, batara Bayu memberikan nama kepada si pemuda, yakni “Bratasenaâ€. Brata berarti bertapa, karena memang si pemuda sejak bayi telah melakukan tapa brata bertahun-tahun lamanya. Sedangkan nama “Sena†diambil dari nama gajah yang memecahkan bungkusnya. Gajah Sena telah menyatu ke dalam diri Bratasena. Setelah memberikan nama, Batara Bayu menyerahkan Bratasena kepada Pandu dan Kunti. Oleh Pandu, Bratasena diberi nama “Bima Senaâ€. Pandu telah memiliki tiga orang putra, yakni Puntadewa, Bratasena Bima, dan Arjuna Permadi. Rombongan besar itupun segera bertolak ke istana Astina untuk merayakan kelahiran Bima. Dari kisah ini, menjadi jelas posisi Bima sebagai saka atau tiang yang menyangga keberlangsungan hidup para Pandawa di kemudian hari. Wulang Simbolik dalam Cerita Bima Bungkus Istilah wulang memiliki kesetaraan makna dengan istilah ajaran. Yang membedakan adalah metode yang dipakai. Wulang lebih pekat nuansa filosofis dan simbolik, sehingga dalam menangkap makna dan maksudnya memerlukan tingkat pemahaman tersendiri. Tingkat pemahaman ini jelas sekali terpaut dengan kepekaan intuisi, referensi, dan ketajaman analisis. Keempat modal tersebut akan mempengaruhi tingkat analisis peneliti. Nuansa-nuansa simbolik dalam cerita wayang disuguhkan dengan tipe lambang pralambang. Cerita Bima Bungkus ini; penuh sekali nuansa simbolik di dalamnya. Setelah mencermati, memahami keseluruhan dan keutuhan cerita di atas, peneliti uraikan unsur-unsur simbolik dalam cerita Bima Bungkus seperti berikut. Kelahiran Bima Kelahiran Bima di dunia jelas tidak wajar. Bima terlahir tidak normal, juga tidak prematur. Bima hidup di dalam bungkus selama lebih dari 10 sepuluh tahun. Ada yang mengatakan 12 tahun, 14 tahun, dan 16 tahun. Fenomena 200 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 2, November 2021 Bima tersebut jelas sangat tidak masuk akal dilihat dari disiplin ilmu apapun. Secara medis, tentu Bima tidak akan bisa bertahan hidup tanpa asupan makanan dan minuman selama belasan tahun. Namun kembali lagi, bahwa wacana ini harus dilihat secara simbolik, maka pembaca harus menggali makna dan pesan tersembunyi di balik cerita itu. Keberadaan Bima di dalam kulit bungkus selama belasan tahun tersebut harus ditafsirkan sebagai “proses pembentukan diriâ€. Dengan kata lain, Bima sedang dalam proses pembelajaran diri tentang kerasnya hidup dalam situasi yang sempit yang dilambangkan dengan keadaan hidup di dalam bungkus, dan dalam situasi penuh bahaya yang digambarkan dengan hutan Kamyaka. Kondisi-kondisi mencekam tersebut kelak akan dihadapi secara langsung oleh Pandawa ketika menghadapi kecurangan-kecurangan Korawa. Dalam simbol yang muncul pertama kali dalam cerita ini, sudah nampak bahwa kelak dikemudian hari tokoh Bima akan bertumbuh menjadi ksatria yang gagah perkasa sakti mandraguna dan sangat diperhitungkan oleh ksatria-ksatria lain. Capaian Bima di hari depan tidak terlepas dari proses kehidupannya di dalam kulit bungkus yang tak mempan oleh senjata-senjata ampuh sekalipun. Busana dari Dewa Bayu Simbol Peradaban Manusia Pemberian busana yang dilakukan oleh Dewa Bayu kepada Bima di dalam bungkus juga bukan peristiwa indrawi. Cerita ini melibatkan campur tangan kekuatan adi kodrat, yang dalam hal ini adalah kuasa dewa-dewa. Dewa Bayu menata rambut Bima dengan digelung dengan tatanan sisi belakang lebih tinggi daripada sisi depan. Tatanan rambut model ini melambangkan bahwa Bima telah mengetahui Dewa penjaganya. Bima diberikan gelung minangkara yang menunjukkan bahwa Bima berhati lembut. Pakaian yang dipakai Bima terdiri dari empat warna yang dikenal dengan nama kampuh poleng bang bintulu. Keempat warna tersebut adalah merah, hitam, kuning dan putih. Empat warna ini melambangkan nafsu manusia yang sudah berhasil dikendalikan oleh Bima. Busana-busana yang melekat pada Bima merupakan simbol kedua yang muncul dalam cerita Bima Bungkus. Setelah tamat menempa diri, Bima harus keluar menuju peradaban. Maka oleh Dewa Bayu, Bima dilengkapi dengan pengetahuan peradaban manusia yang dilambangkan dengan wujud pakaian. Dalam fase ini Bima telah memiliki modal lahir batin dan siap untuk terjun dalam masyarakat. Gajah Sena Memecah Bungkus Gajah, selain pernah dipakai sebagai lambang keagungan dan kebijaksanaan oleh umat Buddha, dikenal sebagai binatang yang memiliki kekuatan dahsyat. Kata “sena†diartikan oleh Ki H. Purwacarita degan makna “sinarâ€. Maka, Gajah Sena harus dimaknai dengan konsep “kekuatan gajah atau kebijaksanaan gajah. Hal ini sesuai Kajian Simbolik Cerita Wayang… Aryanto, Rochimansyah, dan Widiyono 201 dengan lambang kebesaran negara Astina yang juga disebut sebagai negara gajah Gajah Oya, Hasti-na. Bima terlalu menikmati hidup dalam pertapaannya, maka diperlukan stimulus dari luar untuk memaksanya keluar. Kekuatan yang diperlukan untuk memecah bungkus harus lebih besar dari kekuatan bungkus tersebut. Gajah yang muncul tersebut adalah tantangan pertama Bima menghadapi kejamnya dunia luar. Gajah harus ditaklukkan agar menjadi sekutunya. Dalam hal ini gajah yang telah bersatu dengan Bima dilambangkan sebagai kekuatan Bima. Kulit Bungkus Yang Menjadi Berkah Kulit bungkus yang membalut Bima ternyata tidak sekedar menjadi pupuk organik di tengah hutan Kamyaka. Kulit bungkus tersebut masih digunakan oleh Dewa Narada untuk memenuhi permintaan Raja Sempani yang bertapa meminta keturunan. Walaupun hanya kulit bungkus, ternyata kulit bungkus itu mampu menjadi sarana kelairan kesatria lain yang kelak bernama Jayadrata. Wulang yang dapat diambil dari keberadaan kulit bungkus tersebut adalah nilai guna properti-properti yang melekat pada tokoh istimewa. Dengan kata lain, manusia hidup harus migunani atau berguna bagi orang lain. Dalam cerita pewayangan Jawa, hanya tokoh Bima inilah yang kehidupannya dipenuhi cerita-cerita luar biasa, mulai dari kelahirannya, masa muda ketika berguru kepada Durna, sampai pada akhir hayatnya. Kehidupan Bima yang dipenuhi hal-hal luar biasa inilah yang menjadikan tokoh Bima menjadi idola di masyarakat menyusul kepopuleran tokoh Semar. Dalam cerita lain, yakni kisah Dewa Ruci, Bima adalah simbol manusia yang menjalankan tapa hingga mampu mencapai tahap samadi atau persatuan dengan Sang Khalik. Wulang Simbolik Busana dan Nama-Nama Bima Untuk lebih memahami watak dan perilaku Bima, dan juga sebagai batu loncatan analisis mengenai jati diri orang Jawa yang tercermin dalam sosok Bima, maka perlu peneliti uraikan mengenai arti dan makna busana yang dipakai oleh Bima serta arti dan makna nama-nama lain yang disandang oleh Bima. Nama Lain Bima 1 Harya Werkudara Luas akal budinya, yang secara harfiah memiliki pinggang seperti serigala. 2 Harya Bratasena seorang ksatria yang telah melewati dan melampaui segala macam jenis tapa dan brata. 3 Sang Bima berperawakan tingi besar. 4 Sang Wayunenda Seorang Ksatria yang memiliki kekuatan angin. 5 Harya Kusumadilaga Seorang Ksatria yang menjadi bunga pembicaraan dalam peperangan. 6 Sang Jayalaga Selalu menjadi yang utama dalam peperangan. Terlihat jelas karakter kepahlawan dari nama-nama yang disandang oleh Bima 202 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 2, November 2021 di atas. Bima juga dikenal tidak mengenal kalah dalam peperangan. Kalah baginya adalah kematian dalam medan pertempuran. Sikap dan watak yang khas dalam diri Bima tersebut membuat nama Bima disegani baik oleh kawan maupun lawan. Bima juga dikenal sebagai lambang “kejawen†yang memuja watak gabungan antara Kesatria dan Brahmana sekaligus. Busana Bima Satu-satunya tokoh wayang yang pakaiannya diungkapkan secara rinci dan jelas hanyalah Bima. Berikut busana Bima Sena yang penuh nuansa simbolik kebatinan. 1 Pupuk Mas Mangkara Estha Adalah ciri yang terdapat di kening. Sebagai pertanda ketika sang Bima berada di dalam bungkus, dibuang di hutan Setragandamayit dalam versi cerita ini adalah hutan Kamyaka, tidak ada hal lain yang terlihat dari dalam bungkus kecuali sinar yang membalut keadaan bungkus tersebut. 2 Gelung Minangkara Disusun depan lebih pendek dari susunan belakang. Gelung ini menandakan bahwa Sang Bima adalah Ksatria yang telah memahami sepenuhnya tata cara beribadah serta mengetahui tinggi rendahnya pengetahuan Gaib. 3 Sumping Gajah Ngoling Rineka Jaroting Asem Ditambahi dengan bunga cempaka putih, sebagai lambang harum lahir batinnya. Walaupun perawakannya menyeramkan, Sang Bima halus budi dan perasaannya. Orang baik akan diperlakukan baik, orang jahat akan dihancurkan. Bima memiliki watak adil. 4 Anting-anting Panunggul Maniking Warih Harya Sena mampu berjalan di atas samudra seperti berjalan di daratan. 5 Sangsangan Nagabanda Naga adalah raja ular, banda artinya tali. Hal ini melambangkan bahwa Bima adalah pengikat Pandawa. Artinya, jika Bima masih hidup Pandawa tidak akan kalah dalam peperangan apapun. 6 Kelat Bahu Mas Rineka Ceplok Manggis Hiasan pada pergelangan tangan yang dibuat menyerupai belahan buah manggis. Bima memiliki cita-cita bahwa kelak jika hidupnya di dunia sudah usai, maka ia harus meninggal dengan sempurna. 7 Gelang Candra Kirana Gelang yang melambangkan sinar bulan ini mengingatkan ketika Sang Bima menerima ajaran mistik dari Dewa Ruci, Sang Bima mencapai Pencerahan. Bima menjadi Ksatria abadi yang hanya akan mati jika bulan berhenti bersinar. 8 Paningset Cindhe Binara Dibagi atas dua bagian yang diletakkan di atas paha kanan dan kiri. Busana ini melambangkan bahwa Sang Bima telah mengetahui rahasia kematian. 9 Dodot Poleng Bang Bintulu Terdiri dari warna merah, hitam, kuning, putih. Merah melambangkan amarah, hitam melambangkan aluamah, kuning Kajian Simbolik Cerita Wayang… Aryanto, Rochimansyah, dan Widiyono 203 melambangkan supiah, dan putih melambangkan mutmainah. Sang Bima telah berhasil mengendalikan hawa nafsunya. Dengan kata lain, Bima telah menang dari keinginannya. 10 Lancingan Pinaporong Naga Mamangsa Sebagai pengingat ketika berguru kepada Durna, Sang Bima diperintahkan memasuki samudra raya, diserang oleh Naga Manembur Nawa, dibelit oleh sang naga hingga bertemu dengan Dewa Ruci setelah berhasil membunuh naga Manembur Nawa. 11 Kuku Pancanaka Kuku yang sangat kuat nan tajam. Lima kuku menjadi satu dan sama panjangnya, hingga hanya terlihat satu kuku saja. Maka digambarkan tangan Bima selalu mengepal karena memegang kesaktiannya yang bernama Narasinga. Dari uraian makna pakaian Bima tersebut tentu saja membangkitkan fantasi luar biasa bagi yang membaca atau mendengar. Dengan segala prestasi yang dilekatkan pada Bima, peneliti menarik kesimpulan bahwa Bima adalah seorang intelektual yang pemalu. Maka oleh para dalang, Bima dikatakan sebagai orang cerdas yang pura-pura bodoh. Pengetahuan Bima yang tinggi inilah yang perlu digali dan diteladani oleh generasi masa kini. Kepribadian Orang Jawa yang Tercermin dalam Cerita Bima Bungkus Bima dan Sikap Antifeodalisme Bima dikenal tidak pernah menggunakan bahasa halus Jw krama terhadap siapapun, kecuali kepada Dewa Ruci. Bahkan di hadapan Batara Gurupun Bima tetap menggunakan bahasa ngoko. Bima adalah sosok revolusioner, yang mendobrak tatanan. Sayangnya hanya Antasena dan Wisanggeni yang berani meniru jejak sang Bima. Sikap Bima yang tidak wajar tersebut kemudian diterjemahkan sebagai sikap yang lugu, jujur, dan apa adanya. Bima Jawa ini dianggap mewakili protes rakyat terhadap kaum bangsawan yang semena-mena menempatkan diri dalam kelompok kelas feodal masa lalu yang secara otomatis merasa memiliki hak otoritas terhadap keberlangsungan hidup rakyat jelata. Bima kemudian muncul sebagai sosok pujaan khalayak. Dapat dipastikan bahwa kemunculan Bima yang selalu berbahasa ngoko ini dapat merebut simpatisan rakyat. Bima adalah wakil masyarakat memperjuangkan haknya. Kemunculan Bima yang selalu ngoko ini seperti sinyal politik bahwa masyarakat telah muak dengan kekuasaan feodalis serta kolonialis. Bima adalah lambang sosialis. Pernyataan ini dapat peneliti ungkapkan melalui lambang “Anting-anting Maniking Warih†yang dipercaya membuat Sang Bima mampu berjalan di permukaan samudra. Samudra harus dipahami sebagai kehidupan masyarakat. Dengan demikian menjadi jelas bahwa Bima mampu berjalan di atas pluralisme 204 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 2, November 2021 masyarakat. Ombak samudra bersifat konstan namun terdiri dari deburan besar dan kecil. Bima sepenuhnya menyadari hal tersebut, maka Bima tidak menolak perubahan dalam masyarakat. Cerita wayang yang berkembang dalam masyarakat mengatakan bahwa Bima tak segan-segan melabrak raja-raja atau pemimpin yang menindas rakyat. Hal ini tercermin dalam lakon Sesaji Rajasuya. Bima menghabisi Raja Jarasanda yang dianggap menjalankan pemerintahannya secara sewenang-wenang dan mempraktikkan penjajahan serta penaklukkan di seluruh negeri. Bahkan Prabu Kresnapun pernah dilabrak oleh Bima ketika bertindak tidak adil terhadap putranya Prabu Boma yang tengah bersitegang dengan saudaranya, yakni Raden Samba. Dalam lakon Bima Suci, Bima berhasil menelanjangi kepongahan para Dewa yang kemudian dapat terjemahkan sebagai lambang kekalahan imperialisme. Dalam perspektif yang lain, cerita Bima Suci harus ditafsirkan sebagai bentuk kemenangan rakyat. Perjuangan-perjuangan kelas bawah pada masa kerajaan dinyatakan dalam simbol-simbol yang saling bertentangan dengan narasi agung yang berada dalam wilayah kerajaan. Namun pada kenyataannya, pihak kerajaan mampu mengakuisisi karakter Bima Sena sebagai bagian dari tradisi agungnya. Bima, yang awalnya diidentikkan dengan keluarga kerajaan mendadak menjadi penentang tradisi. Situasi ini digunakan oleh borjuis untuk melegitimasi kekuasaan mereka. Borjuis-borjuis belakangan mengadopsi gaya Bima Sena untuk menekan rakyat demi mempertahankan kekuasaannya. Bima sebagai modal simbolik yang awalnya menjadi simbol harapan perlawanan rakyat, kembali menjadi bagian legitimasi penguasa. Cerita Bima Bungkus dan Falsafah Proses Falsafah proses harus dipahami sebagai proses mengada. Falsafah proses menunjukkan bahwa usaha akan berbanding lurus dengan hasil yang diperoleh. Tanggungjawab manusia untuk mengisi hidupnya yang bermakna merupakan gambaran dari prinsip filsafat proses Whitehead Selatang, 2020 110. Dalam hal ini, cerita Bima Bungkus sangat representatif dalam menunjukkan kaidah falsafah proses. Secara falsafah, proses bersanding dengan realitas. Bima dengan lika-liku kehidupannya mampu memberi model percontohan mengenai sikap hidup bagi masyarakat. Bima merupakan representasi tindakan lahir dan batin. Masyarakat dapat meniru pola kehidupan yang dijalani Bima, baik secara lahir maupun batin. Secara lahiriah, peneliti sampaikan bahwa Bima dalam keadaan hidup di dalam bungkus telah mampu menangkis berbagai mara bahaya yang membahayakan keberlangsungan hidup. Secara batiniah, Bima yang hidup di dalam bungkus telah mampu mengumpulkan energi hidup yang menandakan kualitas dirinya setelah keluar dari dalam bungkus. Kajian Simbolik Cerita Wayang… Aryanto, Rochimansyah, dan Widiyono 205 Sikap lahir dan batin Bima inilah yang bisa dibaca sebagai cita-cita pemenuhan karakteristik orang Jawa yang belum sepenuhnya mampu diapresiasikan dalam kehidupan. Melalui karakter Bima yang telah dikaji ini, peneliti menemukan karakter khas yang dicita-citakan oleh orang Jawa. Karakter tersebut adalah kepribadian orang Jawa yang telah diusahakan sejak lama secara simbolik. Kepribadian yang mencerminkan karakter orang Jawa menurut cerita Bima Bungkus hanya terdiri dari tiga sifat dasar yang menopang seluruh keutamaan karakter dalam dimensi kehidupan. Ketiga karakter tersebut adalah lugu, jujur, dan apa adanya. Lugu adalah sikap sekaligus sifat dasar yang melekat pada manusia sejak lahir, tak ubahnya seperti bayi yang belum lahir, yang pikirannya belum terkontaminasi oleh pandangan-pandangan duniawi. Jujur disepakati sebagai sifat yang jauh dari kebohongan dan kemunafikan. Ketidakjujuran adalah musuh utama dari segala macam ajaran agama dan doktrin moral. Apa adanya menyiratkan sikap bersahaja, sederhana, dan jauh dari perasaan pamer. SIMPULAN Kajian simbolik terhadap cerita Bima Bungkus dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Cerita Bima Bungkus memberikan wulang atau ajaran menjadi manusia unggul seperti Bima Sena. Dalam kajian ini ditemukan bahwa sosok Bima Sena tidak seperti yang selama ini dipahami oleh penghayat wayang, yakni berwatak kaku, keras, bodoh, dan angker. Sebaliknya, Bima adalah kesatria intelektual dari golongan Pandawa. Bima adalah pelajar yang tekun, maka tidak mengherankan apabila Bima menguasai banyak pengetahuan, baik pengetahuan lahir maupun batin. Setelah menganalisis cerita Bima Bungkus dapat peneliti ketahui bahwa kepribadian orang Jawa yang dicita-citakan sejak lama oleh masyarakat adalah karakter Bima yang jujur, lugu, dan apa adanya. Ketiga kepribadian ini merupakan karakter dasar yang khas bagi orang Jawa. Lalu, mengapa orang Jawa tidak meniru karakter Bima? karena masyarakat masih dalam kondisi gagap budaya. Ketiga karakter atau kepribadian Bima, seperti jujur, lugu, dan apa adanya yang perlu ditiru atau diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. DAFTAR PUSTAKA Aizid, R. 2012. Atlas Tokoh-Tokoh Wayang. Jogjakarta Diva Press. Anggoro, B. 2018. “Wayang dan Seni Pertunjukan Kajian Sejarah Perkembangan Seni Wayang di Tanah Jawa sebagai Seni Pertunjukan dan Dakwahâ€. JUSPI Jurnal Sejarah Peradaban Islam. No. 2, 2018. Hal. 122-133. Endraswara, S. 2010. Falsafah Hidup Jawa menggali mutiara kebijakan dari intisari filsafat kejawen.Yogyakarta Cakrawala. 206 ALAYASASTRA, Volume 17, No. 2, November 2021 Hardjana, A. 1981. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. Lasminah, U. 2015. Gagap Budaya Gak Kenal Budayanya Sendiri. Diunduh pada tanggal 28 Oktober 2021, Pukul WIB. Nurgiyantoro, B. 2011. “Wayang dan Pengembangan Karakter Bangsaâ€. Jurnal Pendidikan Karakter, tahun 1, no. 1, Oktober 2011. Nurgiyantoro, B. 2016. “Transformasi Cerita Wayang dalam Novel Amba dan Pulangâ€. Litera, Vol. 15, Oktober 2016, Hal. 201-216. Purnomo, S. 2018. “Pendidikan Nilai dalam Pagelaran Wayang Kulitâ€. Ta’allum Jurnal Pendidikan Islam, Juni 2018, Subroto, 2013. “Kajian Stilistika Teks Bahasa Pedalangan Wayang Purwa Gaya Surakartaâ€. Jurnal Bahasa dan Seni. Tahun 41, Agustus 2013, Hal. 143-158. Suharianto, S. 1983. Memahami dan Menikmati Cerita Rekaan. Surakarta Widya Duta. Sulaksono, D. & Saddhono, K. 2018. “Strengthening Character of Environment Preservation Using Wayang Story Lakon Dewa Ruci an Ecological Literature Analysisâ€. Elite Journal International Journal of Education, Language and Literature. Vol. 1, October 2018, Hal. 28-34. Sutardjo, I. 2006. Serpihan Mutiara Pertunjukan Wayang. Surakarta Jurusan Sastra Daerah-FSSR-UNS. Selatang, F. 2020. Memahami Manusia Dan Alam Dalam Terang Filsafat Proses Alfred North Whitehead dan Relevansinya Bagi Teologi. Sapa Jurnal Kateketik dan Pastoral. Vol. 5, Mei 2020. Widayat, A. 2011. Teori Sastra Jawa. Yogyakarta Kanwa Publisher. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this NurgiyantoroAbstrak Wayang telah diakui UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ‘Karya-karya Agung Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia’. Wayang diakui sebagai karya agung karena wayang memunyai nilai tinggi bagi peradapan umat manusia. Wayang sarat nilai, baik yang tercermin pada karakter tokoh, cerita, maupun berbagai unsur lain yang mendukung. Semua itu baik dijadikan rujukan pengembangan karakter bangsa. Banyak orang tua yang menamai anaknya dengan nama tokoh wayang yang berkarakter. Setelah diakui sebagai karya agung, wayang harus dilestarikan eksistensinya, dan itu menjadi tugas seluruh bangsa di dunia khususnya bangsa Indonesia yang memiliki budaya wayang tersebut. Kita harus memercayai bahwa eksistensi bangsa Indonesia dewasa ini tidak lepas dari nilai-nilai luhur tradisional yang memiliki sejarah yang amat panjang dalam mengawal pertumbuhan dan kemajuan bangsa ini yang salah satunya adalah budaya wayang. Dalam era global dewasa ini keunggulan lokal amat dibutuhkan karena hal itulah yang membedakaannya dengan etnis dan bangsa lain. Kata Kunci wayang, karakter wayang, pengembangan karakter bangsaBurhan NurgiyantoroPenelitian bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk transformasi unsur cerita wayang dalam novel Amba dan Pulang. Subjek penelitian adalah novel Amba karya Laksmi Pamuntjak dan Pulang karya Leila S. Chudori. Data dikumpulkan lewat kajian pustaka dan analisis wacana; kedua novel sebagai sumber data primer dan buku-buku cerita wayang sebagai umber data sekunder. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian sebagai berikut. Transformasi cerita wayang secara intensif ditemukan ada aspek penokohan dan alur. Transformasi penokohan mencakup tiga bentuk, yaitu hipogram nama dan karakter, karakter tanpa nama, dan nama tanpa karakter. Transformasi alur mencakup dua bentuk, yaitu kisah cinta segitiga dan hubungan kekeluargaan. Alur kisah cinta segitiga dalam novel Amba melibatkan tokoh Amba, Salwa, dan Bhisma yang berhipogram pada cerita wayang dengan tokoh yang sama. Alur kisah cinta segitiga novel Pulang melibatkan tokoh Dimas, Surti, dan Hananto yang secara metaforis berhipogram pada kisah cinta Bima, Drupadi, dan Arjuna. Kerinduan pada tanah air Dimas sebagai eksil berhipogram secara metaforis kepada Sastra Sebuah PengantarA HardjanaHardjana, A. 1981. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta Nilai dalam Pagelaran Wayang KulitS PurnomoPurnomo, S. 2018. "Pendidikan Nilai dalam Pagelaran Wayang Kulit". Ta'allum Jurnal Pendidikan Islam, Juni 2018, Stilistika Teks Bahasa Pedalangan Wayang Purwa Gaya SurakartaD E SubrotoSubroto, 2013. "Kajian Stilistika Teks Bahasa Pedalangan Wayang Purwa Gaya Surakarta". Jurnal Bahasa dan Seni. Tahun 41, Agustus 2013, Hal. dan Menikmati Cerita RekaanS SuhariantoSuharianto, S. 1983. Memahami dan Menikmati Cerita Rekaan. Surakarta Widya Character of Environment Preservation Using Wayang Story Lakon Dewa Ruci an Ecological Literature AnalysisD SulaksonoK SaddhonoSulaksono, D. & Saddhono, K. 2018. "Strengthening Character of Environment Preservation Using Wayang Story Lakon Dewa Ruci an Ecological Literature Analysis". Elite Journal International Journal of Education, Language and Literature. Vol. 1, October 2018, Hal. 28-34.
Web server is down Error code 521 2023-06-13 183232 UTC What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d6c6ab21b1b0c38 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Cerita Wayang Bahasa Jawa Bima Bungkus Cerita Wayang Nanggo Bahasa Jawa Sinopsis Cerita Wayang Bima Bungkus Wayang adalah salah satu bentuk seni yang sangat kaya akan nilai-nilai budaya dan sejarah. Dalam kebudayaan Jawa, wayang merupakan simbol penting yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat. Wayang Bima adalah salah satu jenis wayang yang paling dikenal dan dicintai. Dalam tulisan ini, kita akan mengejar kisah Bima yang dikenal dengan nama Bima Bungkus’. Kisah ini menceritakan tentang perjuangan Bima dalam menyelamatkan keluarga dan negara dari musuh-musuh yang jahat. Melalui kisah ini, kita akan memahami nilai-nilai keberanian, kejujuran, dan kesetiaan yang ditonjolkan oleh tokoh Bima. Tidak hanya menyajikan kisah yang menarik, tulisan ini juga akan memberikan wawasan tentang sejarah dan budaya Jawa. Oleh karena itu, kami mengajak Anda untuk membaca dan memahami isi dalam cerita ini dengan seksama, sehingga Anda dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang kebudayaan Jawa.” Cerita Wayang Bungkus Ringkas Nanggo Bahasa Jawa Wonten ing jejer Ngastina, Prabu Pandu ugi Dewi Kunthi tansah nandang duka amargi wiosipun putra kaping kalihipun awujud Bungkus. Dewi Kunthi ” kang mas, pripun niki? Putra kita ingkang nomer kalih tasih awujud bungkus.” Prabu Pandu “ Iya diajeng… kangmas ya bingung. Kabeh pusaka sakti wis dak jajal kanggo mecah si bungkus, ananging si bungkus ora pecah.” Dewi Kunthi “ Ananging kang mas, putra kaping kalihipun sampun pirang-pirang tahun awujud bungkus” tansah sedih Prabu Pandu “ Ngene diajeng, menawa wae iki pancen wis takdir… awake dhewe kudu pasrah uga sabar marang pacobaning urip.” Permadi “ Rama, Ibu, ampun sedih. Rama ugi Ibu kedhah sabar ngentosi kakang lahir saking bungkusipun.” Prabu Pandu “ Iya ngger…. Ngger putraku, apa kuwe gelem dak utus?” Permadi “ Inggih Rama, kula purun… napa wae ingkang rama utus kula purun nglampahi.” Prabu Pandu ” nggene ngger, tulung kuwe sowan mara dalemipun eyangmu Abiyasa, supaya eyangmu sowan mara ing Ngastina, Rama arep nyuwun pirsa eyangmu kepriye carane supaya kakangmu bisa metu saka bungkuse.” Permadi “ Sendika Dhawuh rama.” Permadi banjur sowan wonten ing dalem eyangipun Abiyasa wonten ing Partapan Wukir Retawu. Permadi “ Eyang, kula kautus dening rama Pandu supados rawuh wonten dalemipun eyang.” Abiyasa “ iya ngger putuku. Sakjane ana perlu apa kuwe kok sowan nek daleme eyang?” Permadi “ mekaten eyang, kula kautus rama supados eyang saged rawuh wonten ing Ngastina amargi kakang tasih awujud bungkus.” Abiyasa “ Iya ngger… eyang ngerti. Ramamu uga ibumu mesti lagi nandang duka. Wis ayo menyang nang Ngastina.” Permadi “ inngih eyang, sendika dhawuh.” Permadi uga abiyasa lajeng menyang wonten ing Ngastina. Sasampunipun dugi wonten ing Ngastina, Prabu Pandu lajeng kepanggih kalihan Bapanipun, Abiyasa. Prabu Pandu “ Kepriye ngger…? Eyangmu apa wis rawuh?” Permadi “ Inggih rama, eyang wonten ing ngajeng.” Abiyasa “ Kepriye ngger.. apa putuku isih awujud bungkus?” Prabu Pandu “ Inggih bapa… kula kedah pripun?” Dewi Kunthi “ Bapa kados pundi niki?” Abiyasa “ Ngene, bucalen putramu ana ing Alas Krendawahana.” Prabu Pandu “ inggih Bapa, sendika dhawuh.” Prabu Pandu ugi Dewi Kunthi banjur ngutus abdi dalemipun inggih punika Punakawan supados mbucal Si Bungkus wonten ing Alas Krendawahana. Prabu Pandu “ Punakawan….” Punakawan ” Sendika gusti, wonten punapa nggih?” Prabu Pandu “ Ngene, tulung bucalen putra kaping 2 ing Alas Krendawahana. Aku uga njaluk tulung supaya njaga putraku ana ing alas Krendawahan.” Semar ” lho gusti, putra kaling 2 lha kok dipun bucal wonten punapa?” Prabu Pandu “ Bapa ngentika supaya putraku bisa metu saka bungkuse.” Punakawan “ Oh, mekaten kanjeng gusti… sendika dhawuh.” Sawetara Punakawan mbucal Si Bungkus wonten ing Alas Krendawahana, Sengkuni ugi bala Kurawa mangertosi menawi putra kaping kalihipun Prabu Pandu Dewanata dipun bubal wonten ing Alas Krendawahana. Sengkuni “ Le, ponakanku, aku nduweni gagasan. Kepriye yen kuwe njajal mecah Si Bungkus? Durmagati ” Lha wonten napa tha pak lik susah-susah mecah Si Bungkus…” Suyudhana “ Inggih pak lik. Dimas Durmagati pancen bener. Wonten punapa kedah mecah Si Bungkus… mangke menawi Si Bungkus sampun pecah, malah ndadosaken cilaka dening Kurawa pak lik.” Sengkuni “Haduuh ponakanku, ngene pak lik pirsani…. Kuwe mecah Si Bungkus namung abang-abang lambe… nanging, nalika kuwe mecah Si Bungkus, kuwe uga bisa musnahake Si Bungkus…” Durmagati “ kenging punapa kok kok ugi musnahake Si Bungkus pak lik? Sengkuni “ Amarga mbesuk Si Bungkus bakal dadi satriya kang bisa nggawe Kurawa cilaka.” Suyudana “ Menawi mekaten, kula ugi dimas Durmagati badhe mecah Si Bungkus pak lik..” Senguni “ Iya ngger… sing ati-ati.” Wonten ing Ngastinapura, Durmagati ugi Suyudana manggihi Prabu Pandu badhe nyuwun restu supados saged mecah Si Bungkus sanadyan namung abang-abang lambe. Suyudana “ Pak lik… kula ugi dimas Durmagati badhe nyuwun restu.” Prabu Pandu ” Restu kanggo opo tho le?” Durmagati ” Mekaten pak lik, kula ugi kang mas Suyudana badhe nyobi mecah Si Bungkus pak lik.” Prabu Pandu “ Iya ngger… pamanmu iki tetep bakal wenehi restu marang kuwe… sing ati-ati ya ngger..” Durmagati “ Inggih pak lik… matur nuwun.” Durmagati ugi Suryudana lajeng menyang wonten ing Alas Krendawahana badhe mecah ugi mateni Si Bungkus. Sasampunipun Suyudana ugi Durmagati sampun dumugi wonten ing Alas Krendawahana lajeng madosi Si Bungkus. Durmagati “ Heh… Si Bungkus, ana ing ngendi wujudmu?, uripmu ora bakal suwi maneh, rene o hahahaaahaha….” Suyudana “ Hahahha…. Heh Si Bungkus coba metu lan ketokke wujudmu. Aku bakal mateni kowe hahahaha.” Si Bungkus Banjur teka, Gludug-gludug ngggelundung Suyudana “ Rene o Bima Bungkus, ayo peran tanding karo aku. Aku Suyudana putranipun Rajas Drestrarastra bakal ngilangake sliramu saka donya iki! Untalono gaman sekti iki…. Hiakkkk” Perang tanding karo Si Bungkus Salajingipun dipun serang ngagem senjata ingkang sekti mandraguna, senjata kalawau mboten saged musnahaken Si Bungkus. Ananging, Suyudana ugi lajeng lawan Si Bungkus. Suyudana “ Kurangajar kuwe Bungkus… coba lawanen sira…” Si Bungkus Lajeng gemlundung muruki Suyudana Suyudana ; “ Dina iki kuwe ora bakal menang saka aku Bungkus…. Tampanana aji-aji sekti. Hiakkkkk” Perang tanding Si Bungkus Salajengipun Si Bungkus dipun serang ngagem aji-aji ingkang sekti, ananging Si Bungkus ugi menang. Senjata sekti saking Durmagati ugi Aji-aji sekti saking Suyudana mboten saged nglampahi kekiatanipun Si Bungkus. Lajeng, Durmagati ugi Suyudana lajeng wangsul wonten ing Ngastinapura. Durmagati “ Pak lik…. Pak lik…. Tulungi kula pak lik…” Suyudana “ Haduhhhh…. Pak lik, kula sampun mboten kiat pak lik.” Sengkuni “ kuwe gene ngge?, rene-rene.” Suyudana “ Mekaten pak lik, kula ugi dimas Durmagati kalah perang kalih Si Bungkus.” Sengkuni “ mrene-mrene menjero,… tatumu padha akeh banget.” Wonten ing Alas Krendawahana, Para Raseksi ugi keganggu, amargi kekiatanipun Si Bungkus kiat sanget. Lajeng, para Raseksa ugi perang kalih Si Bungkus. Raseksa ” Kurangajar… sapa sing wani ganggu aku lan balaku? Metuha… yen wani tanding karo aku” Petruk ” Bapa Semar, kados pundi niki? Wonten Raseksa badhe mejahaken Si Bungkus.” Gareng “ Inggih Bapa Semar… kula ajreg.” Bagong “ Bapa kados pundi nasibipun Si Bungkus Bapa?” Semar “ kuwe-kuwe ini ora usah padha khawatir ngger… Si Bungkus iku sekti mandraguna. Raseksa bakal kalah.” Petruk, Gareng, Bagong “ Inggih bapa.” Si Bungkus Banjur ngglundung lan ana gludug Raseksa “ Oh, iki tha sing ngganggu para Raseksa… hahahaha Rupamu ora mbejaji. Coba lawan aku… hahahaha” lajeng perang Raseksa lajeng kalah kalihan Si Bungkus. Raseksa kalawau lajeng ngajak bala-balanipun supados ninggalaken Alas Krendawahana. Raseksa I “ Haduuuhhhh…… ayooo bala-bala raseksa padha ngalih. Aja ning alas iki manehhhh.” Raseksa II ” kenging punapa kok sami nyingkir saking alas puniki?” Raseksa I “ Ana Si Bungkus sing nduweni kekuanan super… nak ora ninggalake alas iki awake dhewe bakal ajur mumur.” Para Raseksa “ Sendika Dhawuh gusti.” Wonten ing Suralaya, Bahtara Guru nimbali Putranipun inggih punika Gajah Seno kangge mecah Si Bungkus ugi Dewi Uyawi kangge maringi kawruh ugi ageman marang Si Bungkus supados satriya utama, ugi ndandani Si Bungkus nalika sampun pecah saking bungkusipun. Bathara Guru “ Putraku, Gajah Seno, medhuna sira mara ing Alas Krendawahan. Pecahen Si Bungkus supaya dadi satriya kang utama.” Gajah Seno “ Inggih Rama, pitutur Rama bakal kalaksanan.” Bathara Guru “ Dewi umayi, kuwe kautus maringi kawruh uga ageman. Menawa Si Bungkus wis metu saka bungkuse, paringana busana arupa cawat bang bintulu abrit, ireng, kuning, putih, pupuk, sumping, gelang, porong, lan kuku pancanaka.” Dewi Umayi “ sendika kang mas.” Wonten ing Alas Krendawahana, Gajah Seno murugi Si Bungkus ingkang tansah ngobrak-ngabrikke alas saisinipun. Lajeng Gajah Seno mecah Si Bungkus. Sasampunipun dipun pecah, Si Bungkus lajeng nantang marang Gajah Seno. Lajeng, kadadean perang tanding Gajah Seno marang Bima ingkang sampun awujud satriya. Bima “ Hee….. sapa sakjane sliramu iku? Kok wani-wanine kuwe mecah wujudku kang arupa bungkus?” Gajah Seno “ Aku iki putranipun Bathara Guru sing awujud Gajah. Aku kautus dening Rama supaya mecah sliramu supaya bisa dadi satriya kang utama.” Bima “ Aku ora percaya… ayo yen wani perang musuh aku!” Lajeng Bima perang usuh Gajah Seno Salajengipun perang tanding, Gajah Seno pungkasanipun sirna. Sedaya kekiatanipun Gajah Seno manjing wonting ing lebetipun Bima. Lajeng, Dewi Umayi maringi kawruh ugi ageman supados Bima seged dados satriya ingkang utama. Ing setengahipun dalan, Bima kepanggih Bathara Narada. Bima “ Hemmm… sinten sejatinipun kula?” Bathara Narada “ Perkencong, perkencong waru doyong. Ngger, sira iku putra kaping kalihipun Prabu Pandu Dewanata lan Dewi Kunthi. Sira lahir awujud bungkus pirang-pirang tahun. Sira lair ing alam donya iki dadaiya satriya kang utama. Pramila kuwi, sira tak paring tetengger Bratasena ya ngger….” Bima lajeng dados satriya kang utama. Bima ugi saged nyirnakaken para raseksa ingkang ngganggu urip ipun manungsa ugi kekuargaipun wonten ing Ngastinapura. Bima ugi saged nglindungi keluarganipun saking alanipun Kurawa ugi Arya Sengkuni. Dengan demikian, kisah Bima Bungkus dalam wayang Jawa memiliki makna yang sangat dalam dan memberikan banyak pelajaran bagi kita semua. Kita dapat memahami dan menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam kisah ini, dan membawa hal-hal baik yang didapatkan dari membaca kisah ini dalam kehidupan sehari-hari. Terima kasih telah membaca tulisan ini, dan kami berharap Anda menikmati perjalanan dalam memahami kisah Bima Bungkus dalam wayang Jawa
33+ Bima Bungkus Singkat Bahasa Jawa 33+ Bima Bungkus Singkat Bahasa Jawa. Drama bima bungkus kasusun kanthi njangkepi tugas bahasa jawa. Beranda / cerita wayang bahasa jawa. Unsur Intrinsik Cerita Bima Bungkus Guru from Kumpulan cerita wayang singkat dalam bahasa jawa via Contoh teks mc bahasa jawa singkat. Pidato bahasa jawa singkat tentang perpisahan kelulusan sekolah. Kata sambutan tasyakuran acara wisada merupakan bagian dari contoh cara berpidato sederhana di depan umum yang melatih berbicara dengan naskah atau konsep yang benar sehingga dengan kata sambutan. Teks pidato bahasa jawa ini akan mempermudah kamu yang merasa kesulitan untuk mengungkapkan pesan dan pesan tadi, apalagi harus menyampaikannya di depan umum dan orang tua serta guru. contoh teks di atas dapat digunakan pada acara kematian? Contoh pidato tentang menjaga kebersihan lingkungan. Cerita wayang mahabharatabima bungkus dalam bahasa jawa beserta terjemahannya. Popular posts from this blog 44+ Perang Sampit Asli 44+ Perang Sampit Asli . Inilah video asli saat suku dayak vs madura tragedi sampit 18 februari 2001 b4nj1r d4r4h viral. Sejarah suku dayak vs suku madura otay project, 25/09/2017. 18 Februari 2001 Terjadi Radio Mercury Surabaya from Dimana pertikaian berdarah ini melibatkan kelompok suku asli dayak dan juga. Konflik sampit terjadi antar etnis di indonesia, yakni dayak dan madura. Tragedi kerusuhan sampit suku dayak vs madura. Konflik p3rang sampit 2001 dayak vs madura. Kerusuhan sampit dengan korban ratusan jiwa ternyata hanya bermula dari perkelahian siswa smk di baamang. Jelawat adalah ikan perairan sungai dan danau yang asli berasal dari semenanjung malaya dan pulau kalimantan. Full video detik detik perang suku dayak vs suku bugis di kalimantan 16 oktober 2019 . Perang antara sampit dan madura tersebut mengakibatkan 500 kematian serta beberapa warga madu 16+ Perang Sampit 16+ Perang Sampit . Perang sampit merupakan sejarah suram indonesia yang terjadi tepat pada tahun 2001 di perang sampit adalah konflik yang terjadi di kota sampit pada februari 2001, cerita ini di angkat bukan untuk. Dengan sajian kisah atau cerita. Bmwtechnician Video Perang Sampit Showing 1 1 Of 1 from Tragedi sampit panglima burung suku dayak panglima perang. Perang sampit pada dasarnya merupakan perang etnis murni. Tragedi sampit suku dayak suku madura dokumenter. Inilah video asli saat suku dayak vs madura tragedi sampit 18 februari 2001 b4nj1r d4r4h viral. Dayak vs maduraawal mula tragedi sampit 2001. Tragedi perang sampit tiktok viral tiktok berita. Free download perang sampit mp3, download dokumenter tragedi sampit for free and fast at Perang sampit mp3 & mp4. Source 5 panglima terhebat suku dayak 25+ Latihan Soal Gaya Lorentz Kelas 9 25+ Latihan Soal Gaya Lorentz Kelas 9 . Artikel ini memberikan latihan soal penilaian akhir semester pas 2019 untuk mata pelajaran ipa kelas 9. Sebuah penghantar berarus listrik jika diletakkan ke dalam medan magnet akan membentuk …. Soal Latihan Gaya Lorentz Ilmusosial Id from Sebuah kawat penghantar memiliki panjang 12 m tegak lurus berada dalam sebuah medan magnet sebesar 90 tesla. Gaya lorentz sehingga kumparan akan berputar. Definisi dan aplikasi gaya lorentz soal latihan dan pembahasannya pemanfaatan dalam kehidupan yuk simak materinya. soal pilihan ganda serdapat mata pelajaran umum mulai dari matematika, bahasa inggris, ipa, ips agama dan lain lain setiap mata pelajaran terdapat 20 soal di lengkapi dengan jawaban mudah di gunakan dan sangan simpel tidak membingungkan dan tidak. Soal latihan kemagnetan kelas 9 ini terdiri dari 15 soal yang di
28+ Bima Bungkus Singkat Bahasa Jawa Ngoko 28+ Bima Bungkus Singkat Bahasa Jawa Ngoko. Bima putrane dewi kunti lan prabu pandu lair awujud bungkus kang ora bisa di de tinggal ana ing ngalas taun bima glundhang glundhung ana ing ngalas,wit witan pada mati,telaga pd kering,kewan kewan pada mlayu2,jin jin pada keganggu lan ratune para jin batari. Disusun oleh kelompok 4 kelas x mia 2 Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk Ceritakan Lakon Bima Bungkus E Parlemen Dprd Diy from 2contoh teks mc bahasa jawa singkat. Daftar isi1 tingkatan dalam bahasa ngoko kasar madyo menengah kromo halus2 belajar pengucapan salam versi jawa perlu anda pahami, bahasa jawa itu ada tingkatannya. Cerita wayang mahabharatabima bungkus dalam bahasa jawa beserta terjemahannya. contoh teks di atas dapat digunakan pada acara kematian? Pemakaiannya harus dihindari untuk berbicara dengan orang yang dihormati atau orang yang lebih. Antara bahasa jawanya bahasa ngoko dengan bahasa jawa halusnya kromo inggil suatu angka ada juga yang sama. Belajar bahasa jawa halus ngoko jawa krama inggil kromo. Beragam kata bijak bahasa jawa juga kerap kali dinilai bagaikan nasihat orangtua untuk anaknya. Popular posts from this blog 14+ Hard Doctor Who Coloring Pages 14+ Hard Doctor Who Coloring Pages . Dr who tardis bilde å fargelegge. All doctor who coloring pages are free and printable. Doctor Who Coloring Book Gray James Newman Chew Lee Teng Smith Jan 9780399542299 Amazon Com Books from No matter how hard you try and what you do, you cannot control your child's wins and losses. Here are 11 coloring pages inspired by this famous british. All doctor who coloring pages are free and printable. Wibbly wobbly timey wimey coloring pages. See more ideas about doctor who doctor coloring pages. See more ideas about doctor who doctor coloring pages. out of 5 stars 45 imaginative and well done dr. We have chosen the best doctor strange coloring pages which you can download online at mobile tablet for free and add new coloring pages daily enjoy. Source 31+ Joseph Sold Into Slavery Coloring Pages 31+ Joseph Sold Into Slavery Coloring Pages . We have a collection of joseph sold into slavery coloring page that you can save for your children's learning material. We have collected 39+ joseph sold into slavery coloring page images of various designs for you to color. Joseph Is Sold Into Slavery Genesis 37 12 26 Sunday School Lesson Ministry To Children from Why was joseph sold into slavery? Joseph sold into slavery coloring pages esau. Copyright © 2020 ibible maps. Joseph sold into slavery by his brothers. Enjoy over 100 concerts a year! Concerts feature leading international and local… art & music,jazz at lacma,latin sounds,sundays live. Perhaps the most dominant art form of the last 100 years, film has an important… basic page. When jacob gives joseph a beautiful coat, his brothers are filled with jealousy. Source oguchi 32+ Flash Coloring Sheet 32+ Flash Coloring Sheet . Help children learn basic colours with these free printable colour flashcards. Adapting the dc comics character of the same name, the flash has consistently been. Coloring Pages Tv Youtube from Printable the flash coloring pages free october 24 2019 october 25 2019 adapting the dc comics character of the same name the flash has consistently been the best rated superhero series on the net. You can print out and color these free coloring sheets and send them to your friends! We have over 3,000 coloring pages available for you to view and print for free. Flash coloring in the tattoo style chris garver 9781942021520. Printable the flash coloring pages free october 24 2019 october 25 2019 adapting the dc comics character of the same name the flash has consistently been the best rated superhero series on the net. The flash superhero coloring pages for
bima bungkus singkat bahasa jawa